Fikom News – Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya, menggelar Seminar Inspirasi Para Tokoh di ruang soemantri lantai III Gedung A Rektorat Unitomo. Senin, (5/12/2022).
Melestarikan Budaya Lokal Dalam Harmonisasi Keberagaman, menjadi Tema Besar pada acara seminar inspirasi para tokoh tersebut.
Hadir sebagai pembicara, Adi Sutarwijono selaku Ketua DPRD Surabaya bersama Kombes Pol Akhmad Yusep Gunawan (Kapolrestabes Surabaya).
Adi Sutarwijono mengatakan, harmonisasi keberagaman diciptakan dengan kita mau turun ke masyarakat lalu banyak mendengarkan keluh kesah mereka agar lebih dekat dengan mereka, dengan kedekatan ini harmonisasi keberagaman akan tercipta dan akan terus terpelihara.
“Dari sekarang mahasiswa harus belajar turun ke masyarakat, belajar mendengarkan apa yang menjadi keresahan masyarakat. Serta ikut membantu, menangani berbagai problem di masyarakat guna untuk mengenal lebih jauh budaya lokal dan keberagaman yang ada di tengah-tengah masyarakat, semakin anda banyak turun, berbaur dengan masyarakat, lebih dekat dengan masyarakat, maka anda akan menemukan banyak pelajaran yang sangat berharga dan akan menjadi bekal dimasa yang akan datang,” tegas Ketua DPRD tersebut.
Lebih lanjut, Adi Sutarwijono menyampaikan mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa Indonesia harus mempunyai rasa kebanggaan tersendiri terhadap ragam seni dan budaya yang ada sebagai aset negara.
“Maka wajib bagi mahasiswa dari sabang sampai Merauke untuk terus melesrtarikan budaya lokal dan menjaganya, dengan demikian kalian akan memahami kebergaman budaya lokal dan akan saling menghormati satu sama lain, semakin dekat dengan mereka maka akan semakin terbangun rasa toleransi sesama,” ujarnya.
Sementara, Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Akhmad Yusep Gunawan mengaku sangat apresiatif dan bangga terhadap mahasiswa yang mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Merdeka di Surabaya khususnya di Unitomo.
“Karena Surabaya sebagai kota yang sejak dulunya sudah menjadi tempat semua ragam suku, ras, budaya dan agama, sehingga tidak salah jika Surabaya dijadikan sebagai pusat kota toleransi di Indonesia,” tandasnya.
Menurutnya, kini zaman telah berganti. Namun pola perkembangan budaya dan literasi relatif sama. Pandemi Covid-19 seakan menjadi katalisator penggerak perkembangan budaya melalui daring dan digital. Dan situasi dan kondisi pasca pandemi tetap tidak menyurutkan budaya untuk terus berkembang. Harmonisasi dan literasi budaya menghasilkan inovasi sehingga menjadi semacam oase pasca pandemi.
“Jika ditelisik lebih jauh, budaya yang merupakan hasil olah rasa, cipta, dan karsa manusia terus beradaptasi, misi kebudayaan Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan salah satu tugas wajib dari aparat kepolisian adalah memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan terhadap masyarakat,” paparnya.
Kebudayaan akan menjadi investasi yang mampu membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia apabila revolusi mental semakin membumi dan mengakar di kalangan masyarakat yang kemudian dengan sendirinya mampu meningkatkan literasi, inovasi dan kreativitas masyarakat.
Di samping itu, ia menyampaikan bahwa mahasiswa punya peran penting dalam Melestarikan budaya lokal supaya harmonisasi keberagaman dapat terjaga dengan baik.
“Yang pertama mahasiswa harus menyadarai sebagai kontrol keharmonisan budaya, sebagai agen perubahan dimasa depan, sekaligus sebagai suri tauladan implementasi harmonisasi budaya,” tutupnya.