Surabaya, Fikom Unitomo News – Toleransi antarumat beragama merupakan salah satu fondasi utama untuk menciptakan harmoni dalam masyarakat yang majemuk. Di era modern yang ditandai dengan kemajuan teknologi informasi, globalisasi, dan mobilitas manusia yang tinggi, tantangan terhadap toleransi semakin kompleks. Hal ini menjadikan upaya meningkatkan toleransi antarumat beragama sebagai agenda penting yang harus diutamakan oleh setiap individu, komunitas, dan pemerintah.
Era modern menghadirkan berbagai tantangan baru yang dapat mengancam toleransi beragama. Salah satu tantangan terbesar adalah maraknya informasi yang tersebar di media sosial. Sayangnya, tidak semua informasi tersebut membawa kebenaran, melainkan banyak yang berupa hoaks atau propaganda kebencian. Media sosial sering digunakan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab untuk memanipulasi isu agama demi kepentingan tertentu. Akibatnya, masyarakat mudah terprovokasi dan polarisasi antaragama semakin menguat.
Selain itu, urbanisasi dan globalisasi telah mempertemukan berbagai kelompok agama di satu wilayah. Ketegangan sering kali muncul ketika individu atau kelompok gagal memahami atau menghormati tradisi agama lain. Faktor ekonomi dan politik juga dapat memperparah situasi, terutama jika ketidakadilan dirasakan lebih berat oleh kelompok agama tertentu.
Salah satu langkah kunci untuk meningkatkan toleransi antarumat beragama adalah edukasi. Pendidikan sejak dini harus menanamkan nilai-nilai universal seperti penghormatan terhadap perbedaan, empati, dan pentingnya hidup berdampingan secara damai. Kurikulum pendidikan di sekolah perlu mencakup pengenalan terhadap keberagaman agama tanpa menonjolkan satu agama tertentu, sehingga anak-anak tumbuh dengan pemahaman bahwa semua agama memiliki nilai-nilai positif.
Selain pendidikan formal, dialog antaragama juga menjadi alat penting dalam membangun toleransi. Melalui dialog, individu dari berbagai latar belakang agama dapat saling berbagi pandangan, pengalaman, dan memahami kesamaan yang mereka miliki. Forum-forum lintas agama, baik yang bersifat lokal maupun internasional, dapat menjadi platform untuk membahas isu-isu sensitif secara damai dan mencari solusi bersama.
Pemerintah memiliki peran penting dalam menciptakan regulasi yang melindungi hak beragama dan mencegah diskriminasi. Penegakan hukum terhadap pelaku ujaran kebencian berbasis agama harus dilakukan secara tegas untuk memberikan rasa aman bagi semua pihak. Selain itu, kebijakan yang mendorong integrasi sosial, seperti program gotong royong lintas agama, dapat membantu menciptakan kedekatan emosional antarumat beragama.
Masyarakat sipil juga memegang peranan strategis dalam meningkatkan toleransi. Organisasi non-pemerintah, komunitas agama, dan individu berpengaruh di masyarakat dapat menjadi agen perubahan. Kegiatan seperti bakti sosial, perayaan bersama hari besar agama, dan kampanye toleransi di media sosial dapat memperkuat rasa persaudaraan di antara berbagai kelompok agama.
Toleransi antarumat beragama di era modern tidak dapat diwujudkan tanpa kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan individu. Dengan edukasi yang tepat, dialog yang berkelanjutan, serta kebijakan yang adil, perbedaan agama bukan lagi menjadi penghalang, melainkan kekayaan yang memperkuat harmoni sosial. Mari kita jadikan keberagaman sebagai aset berharga yang menginspirasi perdamaian, bukan konflik.