Surabaya, Fikom Unitomo News – Bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin memiliki nilai oktan pada setiap level kualitas produk yang dipasarkan. Seperti Pertalite, selain sebagai BBM tanpa timbal dan memiliki kadar sulfur tidak lebih dari 500 ppm, juga memiliki nilai oktan 90. Berbeda lagi dengan Pertamax yang memiliki kadar sulfur tak lebih dari 400 ppm dan memiliki nilai oktan 92.
Sebagian orang menganggap nilai oktan pada tiap-tiap jenis BBM berpengaruh terhadap kemampuan mobil saat menanjak, benarkah demikian?
Erlangga, Technical Leader Yamaha Juanda mengatakan nilai oktan pada bensin menentukan kemampuannya tetap tidak terbakar terhadap panas mesin, sehingga dapat mengurangi knocking. “Knocking atau suara ngelitik pada mesin merupakan gejala yang muncul akibat ledakan bensin dan udara di ruang bakar terjadi lebih dini, atau sebelum piston sampai titik mati atas,” ucap Erlangga, Senin (6/1/2025).
Erlangga mengatakan, semakin tinggi nilai oktan pada bensin, semakin tahan terhadap panas, dampak positifnya knocking tidak akan terjadi. “Mesin yang memiliki kompresi tinggi, maka cenderung menghasilkan panas lebih tinggi pula, sehingga bila diisi bensin dengan oktan rendah ledakan puncak bisa terjadi lebih dini,” ucapnya. Ia juga mengatakan ledakan prematur pada ruang bakar bisa terjadi sebelum busi memercikkan bunga api, bila nilai oktan terlalu rendah daripada rekomendasi.
“Selain ngelitik, tenaga yang dihasilkan mesin juga menjadi kurang optimal, sehingga mobil dengan kompresi tinggi disarankan pakai BBM minimal RON 92, RON 98 lebih bagus,” ucap Erlangga.
Wisnu, pemilik bengkel mobil Aneka Motor mengatakan sebagian besar pabrikan memproduksi mobil dengan efisiensi tinggi serta bertenaga, sehingga membutuhkan BBM yang sesuai. “Mobil yang seharusnya mengkonsumsi bensin dengan oktan 92 atau di atasnya tapi pengguna memilih yang lebih rendah, karena dianggap masih bisa digunakan, padahal tenaga yang dihasilkan akan jauh berbeda,” ucapnya.
Wisnu mengatakan, bahwa spesifikasi mesin mobil modern didesain sedemikian rupa agar tenaga optimal dan efisien. Sehingga, membutuhkan BBM yang berkualitas dan sesuai. “Jenis BBM harus disesuaikan dengan besarnya nilai kompresi di dalam silinder, sehingga tenaga yang dihasilkan optimal, ujung-ujungnya mampu menghasilkan efisiensi, jika tidak maka tenaganya kurang nendang,” katanya. Ia juga menambahkan, sebaiknya konsumen mengganti jenis BBM dengan yang berkualitas agar mobil lebih mampu melibas tanjakan.
“BBM dulu diganti dengan yang berkualitas, sesuai rekomendasi, terlepas dari itu perawatan juga diperlukan seperti pembersihan saluran udara, busi dan sejenisnya,” ucap Wisnu.